Pancingan Phising yang Lebih Baik
AI seperti ChatGPT dan Google Bard menyediakan dukungan penulisan. Alhasil, penulis yang kurang berpengalaman pun dapat membuat pesan iklan yang menarik.
Di sisi lain, teknologi tersebut juga dapat membuat para pelaku phising membuat pesan yang lebih meyakinkan dan masuk akal. Alhasil, para korban pun menjadi mudah percaya.
Prince mengungkap, sekitar 3,4 miliar email spam dikirim setiap harinya. "Perhitungan saya sendiri menunjukkan bahwa jika penjahat dapat meningkatkan pesan mereka sehingga hanya 0,000005% dari mereka sekarang meyakinkan seseorang untuk mengungkapkan informasi, itu akan menghasilkan 6,2 juta lebih banyak korban phishing setiap tahun," tulisnya.
Interaksi yang Terotomatisasi
Salah satu penggunaan awal AI adalah untuk mengotomatisasi interaksi antara pelanggan dan layanan, dibanding dengan penggunaan teks, percakapan, dan telpon.
Hal itu memungkinkan respon yang cepat terhadap pelanggan dan mengoptimasi bisnis dengan efisien.
Sayangnya, hal yang sama juga diterapkan para kriminal. "Mereka bisa meniru layanan yang legal seperti bank lewat telpon dan email untuk mendapatkan informasi yang memungkinkan mereka untuk mencuri uang Anda," tulis Prince.
Prince menulis, AI cukup bagus dalam menghasilkan model matematika yang bisa dilatih menggunakan data nyata dalam jumlah besar. Deepfake pun menjadi contoh dari pemanfaatan hal itu.
Sebetulnya menurut Prince, teknologi deepfake berada di luar jangkauan kebanyakan kriminal. Tetapi mereka dapat menggunakan AI untuk meniru cara orang merespon terhadap teks, email, atau pesan suara dan telpon.
"Media sosial selalu menjadi sumber yang kaya untuk para kriminal mendapat informasi soal target potensial mereka. Sekarang ada potensi AI untuk digunakan untuk membuat versi deepfake Anda," tulis Prince.
Satu teknik lain yang kerap dipakai para kriminal adalah "brute forcing", yang juga dapat digunakan dengan memanfaatkan AI.
Teknik brute forcing sederhananya adalah teknik membobol kata sandi dengan mencoba sebanyak mungkin karakter dan kombinasi, yang mungkin cocok.
Menurut Prince, algoritma bisa dilatih menggunakan data target untuk membantu menemukan kata sandi yang lebih akurat. Alhasil, para kriminal tidak perlu menggunakan sumber yang banyak.
"AI spesifik bisa dikembangkan untuk memanen data Anda di internet. Kemudian, ia akan menganalisanya dan menyusun profil Anda," tulis Prince.
"Contohnya, jika Anda secara teratur mengunggah informasi soal Taylor Swift, jika pencarian kata sandi dilakukan manual bisa menguras tenaga. Alat otomatisasi akan bisa melakukannya dengan cepat," tulisnya lagi.
Kendati membeberkan empat kemungkinan itu, Prince meminta publik tidak takut terhadap AI "karena ia bisa mendatangkan keuntungan untuk masyarakat."
Menurut Prince, yang perlu dilakukan adalah beradaptasi dan mencoba mengerti teknologi baru tersebut.
"Sebagai individu, kita harus proaktif dalam mengerti AI, bukan mengeluh. Kita harus mengembangkan pendekatan kita sendiri dan mempertahankan skeptisisme yang sehat," tulisnya.
#animasi #animasilucu #animasingakak #kartun #kartunlucu #kartun ngakak #animasiindo #Snack17an المزيد
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Profesor Keamanan Siber Lancaster University Daniel Prince mengungkap empat cara penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk peretasan.
Prince mengungkap hal tersebut dalam tulisannya di The Conversation berjudul Four ways criminals could use AI to target morevictims.
Menurut Prince, sudah banyak peringatan soal AI yang sudah muncul, mulai dari yang biasa hingga yang memuat pesan-pesan menakutkan. Namun demikian, Prince menyebut AI sebetulnya sudah ada sejak lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita telah menggunakan AI untuk waktu yang lama -dari mulai algoritma untuk merekomendasikan produk yang relevan di situs belanja, hingga mobil dengan teknologi yang mengenali tanda-tanda lalu lintas," tulis Prince.
"AI adalah alat untuk meningkatkan efisiensi, proses dan menyaring data dalam jumlah yang besar serta membuat keputusan," tulisnya lagi.
Akan tetapi, Prince mengakui AI merupakan "alat yang terbuka untuk siapa pun." Alhasil, para kriminal pun dapat menggunakannya untuk berbuat jahat.
AI, tulis Prince, antara lain dapat membuat tindak kejahatan tampak lebih masuk akal. Namun demikian, pengamatan terhadap proses adaptasi dan adopsi teknologi oleh para kriminal dapat memberikan petunjuk soal penggunaan AI oleh mereka.