Dewa Dewi Romawi

Dewa Dewi Romawi

Poseidon - Neptunus

Jika kamu sering menonton SpongeBob SquarePants, kamu tentu tak asing lagi dengan nama dewa yang satu ini. Dalam serial tersebut, Neptunus merupakan penguasa lautan yang selalu membawa trisula.

Penggambaran tersebut cukup identik dengan apa yang tercatat di mitologi Romawi. Benar, Neptunus merupakan nama lain dari Poseidon. Ia adalah dewa yang menguasai lautan dan perairan air tawar. Ia juga sering dikaitkan dengan kuda.

Hades adalah dewa mitologi Yunani yang dikenal sebagai penguasa Dunia Bawah (Underworld). Namun ternyata, nama "Hades" memiliki arti yang berbeda. Ia bisa diartikan sebagai "Dis" atau 'sosok yang kaya' dalam Bahasa Latin. Lebih lanjut, dalam bahasa Romawi, kata tersebut diartikan sebagai "Plouton". Itulah kenapa Hades adalah Pluto dalam mitologi Romawi.

Seperti namanya, Pluto merupakan dewa kekayaan. Sang dewa mendapatkan kekayaannya karena ia menguasai bagian dalam Bumi. Dari sana ia mendapatkan emas, perak, dan hasil bumi. Selaras dengan fakta tersebut, istana Pluto juga terletak di bawah tanah. Sama dengan kisahnya di mitologi Yunani, kan?

Dalam mitologi Romawi, Hera dikenal sebagai Juno. Ia merupakan istri Jupiter sekaligus dewi pernikahan. Dilansir Ancient, sang dewi juga berperan dalam mengawasi seluruh aspek kehidupan para perempuan, terutama yang telah menikah.

Bukan hanya itu, menurut mitologi Romawi, Juno memiliki tiga julukan, yaitu:

Sebagai dewa perang, citra Ares di mata masyarakat Yunani cukup buruk. Ia dikenal sebagai sosok yang destruktif, penuh amarah, dan suka mengadu domba umat manusia sehingga peperangan pun terjadi. Namun ternyata pamornya di kalangan masyarakat Romawi berbeda 180 derajat.

Ares dikenal sebagai Mars dalam mitologi setempat. Ia merupakan sosok yang dihormati karena menginspirasi masyarakat untuk membangun pertahanan dan sektor militer yang kuat.

Hermes - Merkurius

Hermes adalah dewa pembawa pesan. Dalam mitologi Romawi, ia lebih akrab dengan sebutan Mercury atau Merkurius. Ia memiliki begitu banyak peran selain menyampaikan pesan. Di antaranya adalah menguasai perdagangan, perantara dewa dan manusia, dan sebagai penjelajah. Selain itu, Merkurius juga terkenal licik dan suka mencuri.

Baca Juga: 7 Kutukan Terkejam di Mitologi Yunani, Ubah Manusia Jadi Makhluk Aneh

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Berikutnya ada Aphrodite. Dewi cinta dan kecantikan ini merupakan Venus dalam mitologi Romawi. Perannya bukan hanya itu, ia juga dikenal sebagai dewi kemenangan, kesuburan, seks, dan prostitusi.

Venus memiliki kisah kelahiran yang unik. Menurut mitologi, ia muncul dari busa lautan setelah darah Uranus mengucur ke dalamnya. Maka dari itu, secara tak langsung, ia merupakan anak Uranus.

Minerva adalah dewi kebijaksanaan, kerajinan tangan, puisi, seni, obat, dan peperangan dalam aspek perencanaan strategis dalam mitologi Romawi. Benar, ia merupakan perwujudan dari Athena.

Perannya dalam peperangan terlihat dari penampilannya. Ia selalu mengenakan baju zirah, helm, dan membawa perisai. Selain itu, Minerva juga termasuk salah satu dewi Romawi yang paling dihormati sehingga ia memiliki banyak kuil.

Tak seperti lainnya, Apollo tidak memiliki nama lain dalam mitologi Romawi. Dirinya tetap akrab disapa sebagai Apollo. Ia merupakan anak Jupiter dengan dewi Titan bernama Latona.

Apollo memiliki banyak peran dalam mitologi Romawi. Ia bertindak sebagai dewa cahaya, matahari, musik, ramalan, obat, hingga ilmu pengetahuan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai dewa ramalan, ia dibantu oleh Oracle dari Delphi bernama Pythia. Ia merupakan perempuan yang menyampaikan ramalan Apollo.

Artemis, saudara kembar Apollo ini lebih akrab dengan sapaan Diana dalam mitologi Romawi. Ia mengemban tugas sebagai dewi perburuan, bulan, hutan, dan hewan liar. Diana merupakan salah satu dari tiga dewi yang bersumpah untuk menjadi gadis seumur hidupnya.

Layaknya para pemburu, Diana selalu membawa busur dan anak panahnya ke mana-mana. Ia sering ditemani oleh hewan-hewan seperti anjing dan rusa. Walaupun mendedikasikan hidupnya untuk tetap menjadi gadis, ia sering membantu perempuan yang akan melahirkan.

Demeter merupakan Ceres dalam mitologi Romawi. Dewi yang satu ini memiliki peran yang begitu penting bagi kelangsungan hidup di Bumi. Ia merupakan dewi panen, agrikultur, dan kesuburan.

Tanpa campur tangan Ceres, masyarakat setempat tidak akan bisa makan karena masa panen bergantung padanya. Itulah kenapa ia memiliki banyak kuil pemujaan dan pengikut.

Semua tanaman di Bumi pernah mati dan gagal panen sekali karena Ceres kehilangan anaknya, Proserpina. Saat itu, ia marah kepada Jupiter yang menculik sang buah hati dan menolak menjalankan tugasnya. Namun setelahnya, dengan bantuan Trivia (dewi Hecate), Ceres berhasil bertemu kembali dengan putrinya yang ternyata berada di Dunia Bawah.

Konten komunitas ada dibawah

atau ada pernyataan lain.

Dewa-dewi Romawi yang paling dikenal dewasa ini adalah dewa-dewi yang disamakan bangsa Romawi dengan dewa-dewi Yunani yang sebanding (lih. interpretatio graeca). Bangsa Romawi memasukkan mitos-mitos, ikonografi, dan kadang-kadang pula amalan-amalan keagamaan Yunani ke dalam kebudayaan mereka sendiri, antara lain di bidang sastra, seni rupa, dan kehidupan beragama di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi. Banyak dewa-dewi asli Romawi yang tidak begitu jelas hal-ihwalnya, lantaran hanya nama dan kadang-kadang fungsinya saja yang dapat diketahui dari prasasti dan karya sastra yang sering kali sudah tidak utuh lagi. Ketidakjelasan semacam ini pada khususnya didapati pada dewa-dewi agama purba yang dianut bangsa Romawi sebelum zaman raja-raja, yang diistilahkan sebagai "agama Numa", suatu sistem kepercayaan yang terlestarikan dari abad ke abad atau dihidupkan kembali pada masa pemerintahan Numa Pompilius. Beberapa dewa-dewi purba Romawi memiliki padanan Itali atau Etruskinya, sebagaimana diidentikkan oleh sumber-sumber kuno maupun para peneliti modern. Dewa-dewi yang dipuja di daerah-daerah jajahan Kekaisaran Romawi diberi tafsir-tafsir teologis yang baru berdasarkan kemiripan fungsi atau tabiat dengan dewa-dewi Romawi.

Daftar alfabetis di bawah ini mengikuti pengelompokan dewa-dewi yang dibuat bangsa Romawi sendiri.[1] Untuk amalan memuja kaisar-kaisar Romawi yang dipertuhan (divus), baca artikel pemujaan kaisar.

Gelar dan sebutan tertentu dapat saja diberikan kepada lebih dari satu dewata, personifikasi nilai luhur, insan ardadewata, dan divus (insan yang dipertuhan).

Augustus, artinya "yang mulia" (bentuk maskulin), adalah sebutan penghormatan sekaligus gelar yang dianugerahkan kepada Oktavianus sebagai tanda pengakuan akan statusnya yang unik, rentang kewenangannya yang luar biasa, dan restu nyata dewata atas kepemimpinannya. Sesudah Oktavianus wafat dan dipertuhan, gelar ini dianugerahkan kepada para penggantinya. Augustus juga menjadi sebuah gelar yang cukup mendunia untuk berbagai macam dewa-dewi rendahan lokal, antara lain para Lares Augusti yang dipuja komunitas-komunitas lokal, dan dewa-dewi daerah jajahan yang tidak begitu jelas semisal Marazgu Augustus di Afrika Utara. Pemberian sebuah gelar yang disandang kaisar kepada dewa-dewi teras maupun rendahan, baik di Roma maupun di daerah-daerah jajahannya, dianggap sebagai tampilan tingkat terbawah dari kultus pemujaan kaisar.

Augusta, bentuk feminin dari Augustus, adalah sebutan takzim dan gelar yang erat kaitannya dengan pertumbuhkembangan dan penyebarluasan kultus pemujaan kaisar. Gelar ini diberikan kepada para permaisuri kaisar Romawi, baik yang masih hidup, yang sudah wafat, maupun yang dipertuhan (diva). Augusta yang pertama adalah Livia, permaisuri Oktavianus. Gelar ini kemudian hari diberikan kepada dewi-dewi kenegaraan, antara lain Bona Dea, Seres, Iuno, Minerva, dan Ops; kepada dewi-dewi rendahan atau lokal; dan kepada dewi-dewi personifikasi nilai luhur seperti Pax dan Viktoria.

Dalam ideologi kekaisaran, epitet Bonus, artinya "yang baik," dilekatkan kepada dewa-dewi mujarad semisal Bona Fortuna (Peruntungan Baik atau Kemujuran), Bona Mens (Fikrah Baik atau Akal Waras), dan Bona Spes (Harapan Baik atau Optimisme). Pada zaman republik, epitet ini lebih lekat dengan sosok Bona Dea, "Dewi Baik" yang dipuja kaum wanita. Bonus Eventus (Hasil Baik) adalah salah satu dari dua belas dewa-dewi pertanian menurut pujangga Varro, tetapi kemudian hari melambangkan kejayaan atau keberhasilan pada umumnya.[2]

Sejak pertengahan zaman kekaisaran, gelar Caelestis, artinya "surgawi" atau "samawi", dilekatkan kepada dewi-dewi yang mengejawantahkan aspek-aspek dari satu dewi samawi tertinggi. Dea Caelestis disamakan dengan rasi bintang Virgo (Kanya), yang memegang neraca keadilan. Di dalam novel Metamorphoses karangan Apuleius,[3] tokoh utama Lucius diceritakan berdoa kepada dewi Mesir Helenistis, Isis, selaku Regina Caeli (Rani Samawi), yang konon bermanifestasi pula sebagai Seres, "bunda pemelihara asali"; sebagai Venus Samawi (Venus Caelestis); sebagai "saudari Phoebus", yakni Diana atau Artemis yang dipuja di Efesus; maupun sebagai Proserpina selaku tridewi pratala. Iuno Caelestis adalah versi Romawi dari Tanit, dewi bangsa Kartago.[4]

Menurut kaidah tata bahasa Latin, bentuk tasrifan Caelestis juga dapat dilekatkan pada kata benda maskulin, tetapi sifat "surgawi" atau "samawi" untuk dewa biasanya diungkapkan melalui sinkretisasi dengan Caelus, misalnya Caelus Aeternus Iuppiter (Yupiter Angkasa Abadi).

Invictus, artinya "tak tertaklukkan" atau "tak terkalahkan", digunakan sebagai salah satu epitet ketuhanan pada awal abad ke 3 SM. Pada zaman kekaisaran, epitet ini mengungkapkan sifat tidak terkalahkan dari dewa-dewa yang dipuja secara resmi, seperti Yupiter, Mars, Herkules, dan Sol. Pada inskripsi uang logam, penanggalan, dan inskripsi-inskripsi lain, Merkurius, Saturnus, Silvanus, Fons, Serapis, Sabazius, Apolo, dan Genius juga digelari Invictus. Pujangga Cicero menganggapnya sebagai epitet yang lumrah bagi Yupiter, yang mungkin sekali merupakan sinonim dari gelar Omnipotens bagi dewa itu. Invictus juga dipakai di dalam pemujaan-pemujaan rahasia terhadap Mitras.[6]

Mater, artinya "ibu", adalah sebutan takzim sebagai tanda hormat kepada wewenang maupun fungsi-fungsi keibuan para dewi, dan tidak semata-mata bermakna "ibu dari" seseorang atau sesuatu. Contoh-contoh tertua adalah Terra Mater (Ibu Pertiwi) dan Mater Larum (Ibu para Lares). Vesta, dewi kemurnian, yang biasanya dibayangkan sebagai seorang perawan, justru dihormati sebagai Mater. Dewi yang disebut Stata Mater adalah dewata persimpangan (dewa-dewi yang dipuja di simpang jalan) yang dianggap berjasa mencegah kebakaran di kota Roma.[7]

Sejak pertengahan zaman kekaisaran, permaisuri kaisar yang sedang menjabat dihormati sebagai Mater castrorum et senatus et patriae (ibunda perkemahan-perkemahan prajurit, senatus, dan tanah air). Pasukan berkuda (auxilia) Galia dan Jermani di dalam angkatan bersenjata Kekaisaran Romawi secara teratur mendirikan altar-altar pemujaan "para ibunda tanah lapang" (Campestres, dari kata campus, "tanah lapang," dengan gelar Matres atau Matronae).[8] Baca juga Magna Mater di bawah.

Para dewa disebut Pater, artinya "bapak", untuk menonjolkan keutamaan dan pemeliharaan mereka, ibarat perhatian ayah kepada anaknya, sekaligus sebagai tanda bakti pemujanya, ibarat bakti anak kepada ayahnya. Pater didapati sebagai epitet sejumlah dewa, antara lain Dis, Yupiter, Mars, dan Liber.

Magna Mater, artinya "ibu agung", adalah gelar yang diberikan kepada Kibele di Roma. Beberapa sumber pustaka Romawi menggunakan istilah yang sama untuk menggelari Maia dan dewi-dewi lain.[9]

Bahkan pada saat menyeru dewa-dewi, yang pada umumnya mengharuskan penyebutan nama dewa atau dewi yang bersangkutan secara tepat, bangsa Romawi kadang-kadang menyebut nama kelompok yang mencakup beberapa dewa-dewi sekaligus, alih-alih menyebut nama dewa-dewi tersebut satu per satu. Beberapa kelompok dewata, misalnya Camenae dan Parcae, diduga beranggotakan dewa-dewi dalam jumlah terbatas, kendati angkanya mungkin saja tidak konsisten dari zaman ke zaman dan dari karya tulis ke karya tulis. Meskipun demikian, dewa-dewi di dalam kelompok-kelompok berikut ini tidak tertentu jumlahnya.

Pujangga Varro memilah dewa-dewi Romawi menjadi tiga golongan menurut alamnya, yaitu langit, bumi, dan pratala:

Yang lebih lazim adalah kontras dualistis antara superi dan inferi.

Di indigetes, menurut dugaan Georg Wissowa, adalah dewa-dewi pribumi Roma, kontras dengan di novensides atau novensiles, "dewa-dewi pendatang baru". Kendati demikian, tidak ada sumber kuno yang menyajikan dikotomi semacam ini, yang juga tidak berterima umum di kalangan sarjana abad ke-21. Arti epitet indiges (bentuk tunggal dari indigetes) tidak kunjung disepakati para sarjana, sementara epitet noven mungkin saja berarti "sembilan" (novem) alih-alih "baru".

Lectisternium adalah acara perjamuan yang diselenggarakan bagi dewa-dewi. Dalam acara ini, citra-citra dewa-dewi ditakhtakan di atas katil makan (hadirin dalam acara perjamuan Romawi tidak duduk di kursi melainkan berbaring di katil), seakan-akan hadir dan menikmati jamuan. Dalam uraiannya tentang lectisternium dua belas dewa-dewi besar pada tahun 217 SM, Livius, sejarawan zaman Agustus, mencantumkan nama dewa-dewi tersebut secara berpasang-pasangan:[13]

Tindakan memasangkan dewa-dewi semacam ini, maupun pengaruh antropomorfis dari mitologi Yunani, menimbulkan suatu kecenderungan di bidang kesusastraan Latin untuk menampilkan dewa-dewi sebagai pasangan "suami istri" atau sepasang kekasih (misalnya pasangan Venus-Mars).

Pujangga Varro menggunakan istilah Dii Consentes sebagai nama kelompok bagi dua belas dewa-dewi yang arcanya disepuh emas dan ditempatkan di forum (alun-alun). Dewa-dewi tersebut juga digambarkan berpasang-pasangan.[14] Meskipun nama-namanya tidak disebutkan, diduga dewa-dewi yang dimaksud adalah dua belas dewa-dewi besar yang dipuja dalam upacara lectisternium. Salah satu fragmen karya tulis Enius, pujangga yang hidup pada masa kemunculan upacara lectisternium, memuat daftar dua belas dewa-dewi lectisternium dengan nama yang sama tetapi dalam urutan yang berbeda dari daftar yang disusun pujangga Livius, yaitu Yuno, Vesta, Minerva, Seres, Diana, Venus, Mars, Merkurius, Yupiter, Neptunus, Vulkanus, Apolo.[15]

Dii Consentes kadang-kadang dipandang sebagai padanan Romawi untuk dewa-dewi Olimpos Yunani. Kata consentes dapat ditafsirkan macam-macam, tetapi lazimnya dianggap mengisyaratkan bahwa dewa-dewi tersebut membentuk suatu dewan atau majelis permusyawaratan dewa-dewi.

Pujangga Varro[18] menyajikan daftar 20 dewa-dewi utama di dalam kepercayaan bangsa Romawi:

Pujangga Varro, yang masih berdarah Sabini, menyajikan daftar dewa-dewi bangsa Sabini yang diadopsi bangsa Romawi:

Untuk dewa-dewi rendahan yang hanya memiliki satu fungsi atau satu nama saja, lihat:

Sejumlah tokoh mitologi Yunani yang tidak menjadi bagian dari sistem kepercayaan bangsa Romawi muncul di dalam narasi-narasi mitologis Latin dan sebagai alusi-alusi puitis; untuk nama tokoh-tokoh tersebut, lihat:

Templat:Daftar tokoh mitologi menurut kawasan Templat:Kepercayaan bangsa Romawi

Dewa Dewi Yunani Romawi Tia

Yunani dan Romawi merupakan dua peradaban yang sulit dipisahkan. Keduanya memiliki kisah yang tumpang tindih dan saling berhubungan. Begitu pula dengan mitologinya. Ternyata, masyarakat Romawi Kuno banyak mengadaptasi kisah dewa-dewi Yunani ke dalam mitologi setempat.

Mereka pun mengganti nama dewa-dewi agar lebih mudah diucapkan dan diingat oleh masyarakat. Memang ada beberapa bagian kisah yang berbeda, namun secara garis besar sangat mirip. Berikut ini nama dewa dan dewi Yunani yang diadaptasi ke dalam mitologi Romawi!

Zeus, penguasa seluruh dewa dan dewi Yunani ini dikenal sebagai panggilan Jupiter dalam mitologi Romawi. Masyarakat Romawi juga mengenalnya dengan sebutan Jove. Ia adalah anak dari Saturnus dan Ops.

Seperti dalam mitologi Yunani, Jupiter adalah dewa yang bertanggung jawab atas langit dan petir. Ia juga dikenal sebagai dewa dengan kedudukan tertinggi dan paling berkuasa.

Hephaestus - Vulcan

Terakhir ada Hephaestus. Dalam mitologi Yunani, ia dikenal sebagai dewa pandai besi. Namun di kalangan masyarakat Romawi, Hephaestus adalah Vulcan, dewa api. Ia bertanggung jawab akan gunung berapi dan peristiwa kebakaran yang ada di Bumi.

Selain peran utamanya tersebut, Vulcan tetap dikenal ahli dalam membuat peralatan dari logam. Ialah pencipta petir Zeus, helm bersayap milik Athena, dan berbagai senjata lain milik dewa dan dewi.

Jadi itulah nama dewa dan dewi Yunani dalam mitologi Romawi. Mereka merupakan sosok yang sama, masyarakat Romawi Kuno hanya mengganti namanya agar lebih mudah untuk diingat dan diucapkan.

Baca Juga: 7 Praktik Kanibalisme Paling Mengerikan dalam Mitologi Yunani

Dewa Dewi Celebration Package

Dewa Dewi Celebration Package

Creative Economy Agency 1160 Charoen Krung Rd, Khwaeng Bang Rak, Khet Bang Rak, Krung Thep Maha Nakhon 10500

[email protected]

©2024 All Rights Reserved. BKKDW2022

Dalam Hinduisme, dewa dan dewi bukanlah Tuhan tersendiri yang menyaingi Brahman. Dalam Hinduisme ada banyak kepribadian, atau perwujudan, yang dipuja sebagai Dewa atau Murti. Hinduisme menyatakan bahwa mereka adalah aspek dari Brahman yang mulia; Awatara dari makhluk tertinggi (Bhagawan); atau dianggap makhluk yang berkuasa yang dikenal sebagai Dewa. Pemujaan terhadap setiap Dewa bervariasi di antara tradisi dan filsafat Hindu yang berbeda. Seringkali makhluk tersebut digambarkan berwujud manusia, atau setengah manusia, dengan ikonografi yang unik dan lengkap dalam setiap kasus.

Bhagawan adalah istilah yang dipakai untuk merujuk kepada aspek dari kepribadian Tuhan, bukan untuk dewa-dewi tertentu. Bhagawan tak memiliki jenis kelamin tertentu, bisa dipandang sebagai ayah atau ibu. Kebanyakan umat Hindu, dalam praktik pemujaan sehari-hari, memuja beberapa wujud dari aspek Tuhan tersebut, meskipun mereka percaya terhadap banyak konsep Brahman yang abstrak. Hal ini memungkinkan memuja Tuhan dengan perantara simbol atau gambar, atau membayangkan Tuhan sebagai wujud tertentu.

Terdapat berbagai nama serta gambar dan simbol-simbol yang berbeda, tergantung aspek yang mana yang dipuja. Sebagai contoh, ketika Tuhan bergelar sebagai pencipta, ia disebut Brahma oleh umat Hindu. Ketika Tuhan bergelar sebagai pemelihara, umat Hindu menyebutnya Wisnu. Ketika Tuhan bergelar sebagai pemusnah dunia, ia disebut Siwa.

Beberapa aspek individual dari Tuhan tersebut juga memiliki nama dan gambaran yang berbeda. Sebagai contoh, Kresna dan Rama dianggap sebagai penjelmaan Wisnu. Berbagai Dewa dan gambarannya yang ditemukan dalam agama Hindu dianggap merupakan manifestasi dari satu Tuhan, yang disebut Bhagawan dalam aspek kepribadian dan disebut Brahman ketika dianggap sebagai konsep abstrak.

Dalam agama Hindu, Trimurti (atau Tritunggal Hindu) adalah tiga aspek Tuhan dalam wujudnya sebagai Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Agama Hindu menyebut adanya banyak dewa individual. Berbagai dewa dan dewi adalah personifikasi dari aspek Tuhan yang esa dan sama (Iswara). Sebagai contoh, ketika umat Hindu membayangkan Iswara sebagai pemberi ilmu dan pengetahuan, aspek Iswara tersebut diidentifikasi sebagai Dewi Saraswati. Dewi Laksmi adalah personifikasi Iswara sebagai pemberi kekayaan dan kemakmuran. Tidak berarti bahwa Iswara adalah penguasa segala dewa-dewi. Iswara hanyalah nama yang digunakan untuk merujuk kepada kepribadian Tuhan secara umum, dan tidak merujuk kepada dewa-dewi tertentu.

Beberapa perkumpulan sekte agama Hindu, seperti Waisnawa dan Smartisme, memberi pelajaran bahwa Tuhan turun ke bumi dalam wujud manusia atau makhluk tertentu untuk membantu mereka menemukan pencerahan dan kebebasan (moksa). Inkarnasi dari Tuhan disebut Awatara. Hindu mengajarkan bahwa ada banyak awatara sepanjang sejarah dan terus bertambah. Maka Kresna, yang tidak hanya dianggap sebagai salah satu inkarnasi namun sumber segala inkarnasi, mengatakan:

Kapan pun dan dimana pun pelaksaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela, pada waktu itulah Aku sendiri turun menjelma, wahai keturunan Bharata. Untuk menyelamatkan orang-orang saleh, membinasakan orang-orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prisnsip dharma, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.

(Bhagawadgita, 4.7-8)

Penjelmaan Tuhan yang terkenal adalah Rama, yang riwayatnya diceritakan dalam Ramayana, dan Kresna, yang riwayatnya diceritakan dalam Mahabharata serta Srimad Bhagawatam (Bhagawatapurana).

Có vẻ như bạn đang dùng nhầm tính năng này do sử dụng quá nhanh. Bạn tạm thời đã bị chặn sử dụng nó.

Starting from USD 4,000++